Lee Hendrie: Sepakbola Indonesia Ingin Maju, Saya Siap Membantu

Upaya Liga Primer Indonesia (LPI) untuk menghadirkan sebuah kompetisi yang berkualitas memang tidak main-main. Melalui sistem marquee player mereka mendatangkan pemain top dunia seperti Richard Knopper yang membela PSM Makassar dan mantan bintang Aston Villa Lee Hendrie yang berlabuh di tim Bandung FC.
GOAL.com Indonesia beruntung mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara khusus dengan Hendrie dan berbicara banyak soal LPI, korupsi di PSSI sekaligus mengorek sisi lain dari sang pemain yang pernah memperkuat The Three Lions itu.
Membuka perbincangan Hendrie mengaku pada awalnya tidak tahu banyak soal sepakbola di Indonesia, meski demikian dia tidak keberatan bermain di sebuah kompetisi yang belum mendapat persetujuan dari FIFA.
Jujur saja saya tidak terlalu mengetahui perkembangan sepakbola di Indonesia, namun sebelum terbang ke sini saya sempat mencari beberapa informasi melalui internet dan mengetahui sepakbola Indonesia sedang mencoba bangkit dan membuat segala hal menjadi lebih baik," kata Hendrie.
"Saya mendapat informasi dari pihak LPI jika mereka sangat yakin akan mendapat restu FIFA. Saya yakin kompetisi baru ini akan berkembang, salah satu tandanya ialah tiga klub Superliga sudah merapat.
"Hal tersebut merupakan sinyal pihak manajemen LPI telah bekerja keras untuk mewujudkan mimpi, jadi saya memutuskan pergi, tidak ada masalah," imbuhnya.
"Soal korupsi, penyakit ini memang sudah menjangkiti banyak aspek dalam industri termasuk olahraga. Korupsi menjadi penghambat utama dalam sebuah upaya menuju perbaikan.
"Kejujuran dan melakukan pekerjaan sepenuh hati adalah kunci untuk meluruskan itu semua."
Sepanjang karier, Hendrie bermain di Inggris dan tak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya akan bermain jauh dari tanah kelahiran.
"Selama ini saya bermain di Inggris dan tidak pernah terpikir akan bermain sejauh ini. Tetapi saya pikir akan menyenangkan untuk menjadi bagian lain di dunia ini.
"Saya bahagia dengan situasi sekarang, berada di Indonesia dan mendapat kontrak selama dua musim," tutur Hendrie yang menolak mengungkapkan nilai kontraknya di Indonesia.
"Uang hanyalah bonus. Hal terpenting adalah menikmati sepakbola dan mencoba sesuatu yang baru, saya tidak pernah bermain karena uang."
Dalam sejarahnya, Hendrie pernah mendapat status sebagai calon bintang masa depan Inggris, namun perjalanan kariernya malah tersendat. Mengenai hal itu Hendrie mengaku sempat menyesali beberapa keputusan di masa lampau termasuk saat meninggalkan Aston Villa.
"Banyak hal yang saya sesali. Jika saya bisa kembali saya ingin mengubah banyak kisah," ujarnya.
"Dulu sebagai remaja saya sudah memiliki segalanya. Tetapi di waktu bersamaan semuanya terasa sulit karena harapan dari publik begitu besar.
"Orang-orang selalu berharap saya tampil baik, mereka selalu membicarakan saya akan menjadi sosok besar.
"Saya sesali keputusan pergi dari Aston Villa dan merapat ke Sheffield United yang saat itu bermain di Divisi Championship. Manajer [Bryan Robson] jarang memainkan dan tidak menyukai saya.
"Bersama Sheffield saya meneken kontrak selama tiga musim, tetapi selama masa itu saya merasa mengalami kemunduran dalam karier. Saya rasa dia bukan manajer yang baik."
Lee Hendrie yang ditempatkan di posisi gelandang itu kemudian mengeluarkan isyarat kemungkinan bakal pensiun di Indonesia dan membantu sepakbola nasional menuju level selanjutnya.
"Saya senang tinggal di sini sekaligus berencana mengakhiri karier. Sejauh ini semuanya berjalan lancar, semua orang memperlakukan saya dengan baik, bahkan dalam pertandingan semua pemain bersalaman setelah pertandingan, hal seperti itu jarang terjadi di Inggris.
"Saya juga ingin membantu perkembangan sepakbola di Indonesia di sini. LPI hadir untuk itu dan saya siap membantu.
"Mungkin saja nantinya saya bakal memulai dari level grassroot, karena semuanya bermula dari bawah. Siapa tahu saja hal itu bisa terwujud."
Hendrie pernah mendapat panggilan tugas dari The Three Lions, tepatnya pada tahun 1998 dan dia bermain bersama pemain top dunia lainnya seperti David Beckham, Sol Campbell, Nicky Butt dan Robbie Fowler. Mengenai hal ini Hendrie memiliki kenangan khusus bahkan menyebut kesempatan tersebut sebagai momen terbaik dalam kariernya.
"Timnas saat itu sangat bagus karena diperkuat pemain kaliber tinggi seperti Beckham. Saya gembira memiliki kesempatan itu. Anda pasti senang bisa bermain dengan pemain pujaan dan saat itu mereka memberikan masukan-masukan, saya bisa belajar banyak."
"Meski hanya bermain satu kali, bermain bagi Inggris adalah kenangan terbaik. Banyak pemain bagus, tetapi tidak semua bisa mengenakan kostum timnas."
Di musim 1997/98, Hendrie terpilih sebagai Pemain Muda Terbaik dan dia bercerita kerja keras dan motivasi kuat adalah kunci kesuksesan. Dia juga mengutarakan rencana menjadi manajer sepakbola mengikuti jejak sang ayah, Paul Hendrie.
"Saya selalu ingin mencetak gol dan menjadi yang terbaik. Memang hal itu tidak selalu terjadi, tetapi saya selalu bekerja keras dan memasang target tinggi, mungkin karena itu pula saya mendapat penghargaan tinggi," akunya.
"Manajer? Tentu, saya ingin berada di dunia sepakbola selama mungkin. Saat saya pensiun dalam tiga tahun ke depan, mungkin saja saya menjadi manajer di sini. Tidak ada yang tahu, tetapi dengan berperan sebagai manajer atau pelatih, saya bisa membantu para pemain muda untuk berkembang."
Sederet manajer top seperti Brian Little, John Gregory, Graham Taylor dan David O'Leary pernah menangani Hendrie dan dia menutup sesi wawancara dengan menunjuk Gregory sebagai manajer favorit sepanjang masa.
"Saya melakukan debut profesional di bawah komando Gregory. Dia datang menggantikan Brian Little yang saat itu dipecat."
"Saat itu Gregory tidak ragu untuk menempatkan saya di tim utama dan sejak saat itu saya sering tampil di Liga Primer. Saya harus berterimakasih atas kesempatan yang telah diberikan hingga menghadirkan satu panggilan ke timnas Inggris," tutup Hendrie. (22/2/2011)

-goal-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar